By : Gingsul
Kali ini aku ingin bercerita tentang keluargaku. Keluargaku keluarga yang biasa-biasa saja. Bisa dibilang pas-pasanlah. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer saja tapi alhamdulillah punya rumah sendiri meskipun kecil. Dirumah yang bekerja hanya bapak dan alhamdulillah sekarang kaka sudah bisa membantu keuangan ya meskipun ga banyak tapi paling tidak bapak sedikit berkurang beban biayanya. Tapi bukan itu permasalahannya. Dulu ketika ibu dan bapak saya dipertemukan diberikan rasa sayang satu sama lain mereka sama. Sama dalam sisi pribadi maksudnya dulu ibu dan bapak saya beragama islam tapi hanya sekedar KTP saja. Mereka melakukan solat amat jarang. Puasa apalagi ibu saya pun dahulu tidak berkerudung bahkan sering pake daster se-paha dan tangan bolong pada saat keluar rumah dan bapakpun tidak bisa membaca Al-Quran. Mereka benar-benar tidak paham tentang Islam. Sehingga ketika mereka diberi ujian dalam pernikahan mereka hanya bisa berusaha tanpa sadar bahwa hanya Allah lah yang bisa membantu mereka. Hingga suatu hari Allah menegur mereka dengan cobaan yang tiada henti. Cobaan itu lebih dirasakan oleh ibu saya yang hanya seorang ibu rumah tangga.
Cobaan datang ketika ibu saya memiliki anak yang
kecil-kecil tetapi bapak saya tidak turut membantu ibu menyelesaikan tugas
rumah dan bapak bekerja dari jam 10 hingga jam 2 malam dan sisanya dihabiskan
untuk tidur. Itu yang sering ibu saya alami tanpa teman curhat tanpa orang yang
membantu hingga ibu saya tidak tahan dan akhirnya jatuh sakit selama sebulan
dan harus dirawat. Bersyukurnya biaya rumah sakit ditanggung oleh kantor bapak.
Tetapi yang jadi masalah adalah ketika ibu saya sakit yang mengurus anak-anak
adalah keponakan ibu dan tetangga. Hingga saya pun waktu TK tidak diantar dan
tidak dijemput. Jujur saya iri pada saat itu. Hingga masuk SD pun saya hanya
diantar bapak sampai gerbang dengan sepeda. Padahal anak-anak yang lainnya
diantar hingga mendapatkan tempat duduk dan hingga guru masuk ke dalam kelas.
Tapi bagi saya itu adalah cerita masa lalu yang tidak banyak orang dapatkan.
Ketika ibu saya sudah sembuh. Ujian datang lagi.
Pada saat itu ibu saya difitnah oleh seorang pedang tukang sayur yang menuduh
ibu saya mengambil kembalian yang berlebih dari tukang sayur. Padahal saat itu
uang ibu saya hanya itu saja. Tidak ada lagi. Ibu saya sakit hati. Dan bapak
saya pun malah tidak membantu membela ibu saya. Bapak terlalu tidak enakan pada
orang lain. Hingga ibu saya kecewa dan berkata pada bapak saya "dimana
letak bela istri kamu jadi suami ?" dan akibat kejadian itu ibu kembali
jatuh sakit hingga 3 bulan lamanya dan harus dirawat. Hingga saat ibu saya
sudah bisa pulang tapi harus tetap bedrest. Ibu saya tidak bisa kemana-mana
hanya tidur diatas tempat tidurnya yang selalu menemaninya tiap waktu.
Hingga ibu saya tertegun ketika melihat seorang
tetangga mengenakan baju rapih dan kerudung menutup kepala lewat di depan rumah
dan ibu saya melihatnya dari jendela kamar. Ibu saya bertanya tanya "mau
kemana ibu itu ? Kenapa berpakaian seperti itu" rasa penasaran ibu pun
terus bertambah hingga pada saat beliau sembuh beliau bertanya pada ibu
tetangga. Dan ternyata ibu tetangga itu pergi mengaji hingga ibu saya tertarik
dan penasaran akan apa yang dilakukan di tempat pengajian. Rasa penasaran ibu
saya terus tumbuh hingga ketika beliau setiap tidak menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya
beliau berpindah-pindah tempat mengaji. Mungkin kalian bertanya seperti apa
contoh rasa penasaran ibu saya ?? Seperti ini contohnya. "mengapa ada
orang yang berkurudung ? Siapa yang menyuruh ? Lalu kenapa kerudungnya
beda-beda ga seragam ? Kenapa kaya gtu ? Yang bener kaya gimana ?" selain
itu ketika ibu bertanya pada ustazd tentang "mengapa selesai solat kita
harus mengusap wajah ? Siapa yang suruh ? Gunanya untuk apa?" tetapi
ustazd tersebut tidak bisa menjelaskan alasan yang tepat tentang pertanyaan
dari ibu saya dan akhirnya ibu saya pindah tempat mengaji. Dan akhirnya tempat
mengaji ibu saya bertahan hingga saat ini dan ibu saya sangat puas dengan
penjelasan ustazd yang sekarang.
Mungkin itu yang disebut hidayah... Subhanallah
Dan kini ibu saya sudah lebih memahami tentang Islam.
Tapi ujian tidak berhenti disitu. Ketika ibu saya sudah lebih memahani tentang Islam
tetapi bapak saya belum memahaminya. Kadang ketika disuruh solat aja beliau
sering marah. Ideologi mereka menjadi berubah prinsip-prinsip mereka berubah
dan saling berbenturan dan itu sering terjadi walaupun di depan anaknya. Kadang
dengan hal sepele, sebuah prinsip dan ideologi mereka bisa terjadi benturan.
Kadang saya suka bertanya "apakah ideologi dan prinsip mereka tidak bisa
bersatu ya Allah ? Apakah harus terus berbenturan seperti itu ?" aku sedih
melihatnya. Karna aku berkelut dalam bidang pendidikan. Menurut aku hal
tersebut dapat membuat anak yang melihatnya menjadi tidak punya pendirian.
Apakah kondisi seperti itu bagus ?
Ibu saya sering bercerita pada saya tentang
harapan-harapannya. Ibu saya ingin bapak berubah berharap bapak mau ibu ajak
mengaji berharap bapak bisa lebih mengenal Islam. Tapi itu amat sangat sulit.
Karna itu berpengaruh pada pola asuh kedua orang tua beliau dahulu. Dan yang
pasti itu adalah adanya hidayah dari Allah hanya Allah yang punya kuasa atas
hidayah tiap hamba-Nya.
Dan kini bapak sudah sedikit demi sedikit
menerima perkataan perkataan ibu menyangkut agama ya meskipun manurut saya ibu
suka salah bicara yang membuat bapak sedikit tersinggung. Tapi saya tahu jauh
didalam hati bapak, bapak itu sebenernya sayang sama ibu jadi senyelekitnya ibu
bicara pasti bapak memaklumi karna bapak sudah lebih 29 tahun mengenal ibu.
Harapan ku untuk kedepannya semoga bapak menjadi
lebih baik lagi semoga bapak bisa seperti ibu pada saat bapak memasuki masa
pensiun nanti. Aku disini anakmu tidak masalah jika harus hidup hanya pas-pasan
saja, yang terpenting bapak mau berusaha memperbaiki diri bapak lebih baik lagi,
lebih rajin ibadah hingga suatu saat nanti bisa jadi wali nikahku yang dapat
aku banggakan dihadapan calon suami ku nanti pak dan aku berharap ibu adalah
bidadari syurga mu nanti di akhirat pak dan kita bisa berkumpul kembali disana.
Aamiin ya Allah
Satu hal yang ku pelajar dari kedua orang tuaku,
ketika kita mencari seseorang untuk menjadi teman hidup seharusnya yang menjadi
visi dan misi adalah agama dimana ketika ada suatu yang membuat kita berbeda
tetap Allah yang jadi sebuah patokan/tempat kembali hingga setiap masalah ada
jalan keluarnya tidak ada yang tersakiti dan menyakiti. Bersama selalu hingga
suatu saat kita dapat melihat syurga Allah dan melihat Allah dan Rosul-Nya
bersama-sama berdua. Hal yang romantis bukan? Dan saya mau seperti itu.. Aamiin
ya allah
Ini bukan semua dari cerita yang kualami tetapi
hanya sebagian hidup yang pernah saya rasakan. Semoga yang membaca dapat
belajar dari cerita hidup kedua orang tua saya.
Aku mencintai kalian karna Allah .
I ♥ U
Tidak ada komentar:
Posting Komentar